Paus Fransiskus Pertimbangkan Keberadaan Diakon Perempuan

thumbnail

Paus Fransiskus, Kamis (12/5/2016), mengatakan tengah mempersiapkan sebuah komisi untuk mempelajari kemungkinan perempuan menjadi diakon gereja Katolik. Paus memberikan pernyataan ini dalam pertemuan dengan sejumlah perempuan anggota beberapa ordo keagamaan di Vatikan. Pertemuan ini juga dihadiri sejumlah wartawan.

Seorang diakon dalam gereja Katolik tidak bisa memimpin misa tetapi mereka bisa melakukan banyak tugas seorang imam misalnya membaptis atau memimpin ritual doa. Para diakon juga memainkan peran besar dalam mengelola sebuah paroki dan memberikan bimbingan iman kepada umat Katolik.

Dalam percakapan itu, Paus mengatakan, dia sudah mendiskusikan keberadaan para diakon perempuan di masa-masa awal gereja Katolik namun tidak mengetahui secara jelas peran dan status mereka. "Membentuk sebuah komisi resmi untuk mempelajari pertanyaan itu?" kata Paus, menurut National Catholic Reporter dan sejumlah kantor berita Italia.

"Saya yakin, gereja akan mendapatkan kebaikan jika memperjelas masalah ini. Saya sangat setuju dan saya akan membicarakan hal ini," tambah Paus. Para sejarawan gereja mengatakan, perempuan banyak yang berperan sebagai diakon di gereja-gereja Kristen abad pertama. Namun, praktik itu kemudian menghilang dan seruan untuk mengizinkan perempuan menjadi imam gereja Katolik ditolak Paus Yohanes Paulus II pada 1994.


Pernyataan Paus Fransiskus ini nampaknya membuat para petinggi Vatikan kelimpungan. "Saya tak bisa menjawab apapun, hingga transkrip pembicaraan dalam pertemuan itu dirilis," ujar juru bicara Vatikan.

Yubileum Remaja di Lapangan St Petrus, Vatikan.

thumbnail
LENTERA HIDUP KATOLIK. Dalam Tahun Suci Kerahiman Allah, Bapa Suci dan para imam memberikan Sakramen Tobat kepada para remaja yang hadir dalam acara Yubileum Remaja di Lapangan St Petrus, Vatikan.

Paus Fransiskus mengejutkan ribuan remaja di Lapangan St Petrus Vatikan karena ikut hadir mendengarkan pengakuan dosa selama lebih dari satu jam, Sabtu, 23/4. Ia memberikan Sakramen Tobat kepada 16 remaja secara bergiliran di Lapangan St Petrus dalam Perayaan Yubileum Remaja yang bertepatan pada peringatan St Georgius.

Perayaan ini dimaksudkan untuk menarik minat kaum muda agar menyadari pentingnya belaskasih dan kemurahan hati Allah dalam hidup mereka. Pengakuan dosa ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka Tahun Suci Kerahiman Allah, yang telah dicanangkan Paus Fransiskus.

Tak disangka, Bapa Suci hadir dan duduk di kursi sederhana di tempat terbuka bersama lebih dari 150 imam lainnya. Sama seperti imam lainnya, ia mendengarkan pengakuan dosa untuk 16 anak remaja selama satu jam dari pukul 11.30-12.45 waktu setempat.

Kegiatan ini bukan pertama kalinya dilakukan Paus Fransiskus. Hal serupa pernah ia lakukan ketika dicanangkan “24 Jam untuk Tuhan” pada 4 Maret 2016. Kala itu, di seluruh dunia, Gereja Katolik membuka kesempatan pelayanan Sakramen Tobat bagi seluruh umat di semua gereja.

Acara penerimaan Sakramen Tobat bagi remaja ini dimulai sejak Sabtu pagi, 23/4, hingga sore pukul 18.00. Pada malam hari, kaum remaja melakukan perjalanan ke Stadion Olimpiade Roma untuk rally remaja di mana Bapa Suci menyampaikan pesan lewat video kepada mereka.

Keesokan harinya, seperti dilansir Radio Vatikan 24/4, Paus memimpin Misa di Lapangan St Petrus bagi kaum remaja. Rangkaian acara ini berakhir pada Senin, 25/4; bertepatan dengan peringatan Liberation Day, hari libur nasional Italia.


Rangkaian kegiatan ini terus berlangsung dengan berbagai bentuk selama Tahun Yubileum Kerahiman Allah yang dimulai 8 Desember 2015, tepat pada Hari Raya St Maria Dikandung Tanpa Noda Dosa. Pembukaannya ditandai dengan pembukaan Pintu Suci di Basilika St Petrus. Tahun Yubileum Luar Biasa ini akan ditutup pada 20 November 2016, tepat pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam.


Pernyataan Vatikan Mengenai Mukjizat Hosti Berdarah Di Polandia

thumbnail

Belakangan ini banyak berita beredar di dunia maya tentang mukjizat Hosti Berdarah di Keuskupan Legnica, Polandia, yang diklaim telah diakui oleh Vatikan.

Oleh karena hal ini belum pernah saya dengar di kalangan Vatikan, saya coba mengecek di berbagai situs internet. Klaim bahwa Vatikan telah mengakui mukjizat ini ternyata berangkat dari sebuah interpretasi kalimat yang ditulis oleh Uskup Legnica, Msgr. Zbigniew Kiernikowski, tanggal 17 April kemarin.

Beliau menulis: Berkaitan dengan kejadian luar biasa itu, beliau menginformasikan Kongregasi Iman di Vatikan. Beliau kemudian diminta untuk menyiapkan tempat yang layak untuk menyimpan Hosti Berdarah itu agar umat bisa datang dan berdoa.
Dari kalimat di atas, muncul interpretasi bahwa pihak Vatikan, dalam hal ini Kongregasi Iman telah mengakui karakter mukjizat dari peristiwa tidak biasa itu.

Hari ini saya berbicara dengan dua Pegawai Kongregasi Iman di Vatikan. Mereka mengatakan bahwa memang pernah ada berita masuk dari Uskup Zbigniew Kiernikowski, akan tetapi Kongregasi Iman di Vatikan tidak memberikan tanggapan resmi, apalagi mengakui bahwa peristiwa itu adalah sebuah mukjizat.

Hari ini pula saya mencari dan bertemu dengan Jurubicara Vatikan, Padre Federico Lombardi. Saya menyampaikan kepada beliau apa yang tengah beredar di dunia maya menyangkut peristiwa di Legnica, Polandia. Beliau sendiri mengaku belum pernah mendengar tentang itu. Saya bertanya, apakah ada pihak Vatikan yang pernah mengakui peristiwa Legnica sebagai mukjizat, beliau menggeleng kepala dan mengaku tidak pernah tahu.

Yang jelas, pihak Vatikan, entah Paus Fransiskus, ada Kongregasi Iman yang berkompetensi dalam hal ini belum pernah mengatakan apa-apa. Judul-judul berita terkait yang menyinggung nama Vatikan, hendaknya dipahami sebagai sebuah interpretasi saja, dan bukan berdasar atas kebenaran. Pengakuan terhadap peristiwa itu sebagai mukjizat adalah pendapat dari Uskup Legnica sendiri, Msgr. Zbigniew Kiernikowski.

Pelurusan ini disampaikan sebagai informasi bersama dan untuk diketahui secara jelas, tanpa ingin mengurangi rasa hormat dan sensibilitas penyembahan serta kesakralan sakramen Maha Kudus yang kita cintai dan junjung tinggi.

Salam sejahtera.
Padre Marco, SVD

Foto bersama Juru Bicara Vatikan, Padre Federico Lombardi, SJ

Rekonsiliasi Merupakan Aspek Penting Dari Belas Kasih. Ungkap Paus.

thumbnail
Paus Francis mengatakan: "Seringkali Kita Percaya Dosa-Dosa Kita 'Menjauhkan Tuhan' Dari Kita. Dalam Kenyataannya, Perbuatan Dosa Itulah Yang 'Menjauhkan Diri Kita' Dari Tuhan."

Rekonsiliasi merupakan aspek penting dari rahmat Allah, kata Paus Francis pada hari Sabtu 30 April kemarin. Paus menjelaskan bahwa ketika kita menjauhkan diri dari Tuhan melalui dosa, dibutuhkan upaya ekstra dari diri kita sendiri untuk kembali kepadaNya.

Paus mengambil referensi surat kedua St. Paulus kepada jemaat di Korintus, yang mendorong semua anggota Gereja untuk "membiarkan dirimu didamaikan dengan Allah. Seruan rasul Paulus ditujukan kepada orang-orang Kristen awal yang ada di Korintus dan sekarang berlaku bagi kita, dengan kekuatan dan keyakinan yang sama," kata Paus, menjelaskan bahwa berlangsungnya Tahun Belas Kasih adalah waktu rekonsiliasi untuk semua orang.

Paus menambahkan bahwa "kita tidak bisa berdamai dengan Tuhan melalui upaya kita sendiri." Banyak orang ingin berdamai dengan Tuhan, tapi juga tidak tahu bagaimana caranya, karena mereka merasa tidak layak. Tetapi sebagai komunitas umat Allah, " kita dapat dan harus mendukung secara tulus keinginan kembali kepada Allah dari mereka yang mengakui kesalahannya dan mau bertobat."

Rekonsiliasi, kata Paus "merupakan aspek penting dari belas kasih. Sering kali kita percaya bahwa dosa-dosa kita 'menjauhkan Tuhan' dari kita. Dalam kenyataannya, perbuatan dosa itulah yang 'menjauhkan diri kita' dari Tuhan." Rekonsiliasi itu adalah rahmat dari Allah dimana Dia sendiri datang mencari kita ketika Ia melihat kita berada dalam bahaya.

Paus menjelaskan, rekonsiliasi dengan Allah tidak mungkin dengan upaya kita sendiri, karena dosa "benar-benar menciptakan ekspresi menolak cinta Tuhan. Konsekuensi dari dosa itu sendiri, telah menipu diri kita dalam pencarian kebebasan yang lebih besar dan mandiri. Ketika kita menjauhkan diri dari Tuhan, kita menjadi peziarah dan pengembara yang tidak lagi memiliki tujuan," katanya. Paus menjelaskan bahwa dosa adalah seperti seseorang yang berbalik menjauh daripada Tuhan.

"Orang berdosa hanya melihat diri mereka sendiri dan dengan cara ini mereka berpura-pura untuk menjadi mandiri. Karena itu, dosa selalu memperlebar jarak antara kita dan Allah, dan ini dapat menjadi jurang, "kata Paus Francis. Namun, sebagai Gembala yang Baik, Yesus selalu datang mencari domba yang hilang. Dia membangun kembali jembatan kita kepada Bapa dan memungkinkan kita menemukan kembali martabat menjadi anak-anak-Nya, kata Paus menambahkan.

Paus Francis kemudian berbicara tentang pentingnya pengakuan dosa dan kebutuhan untuk berdamai dengan Allah melalui sakramen, dan membantu pendosa berjalan sepanjang jalan rekonsiliasi. Paus berdoa bahwa tidak ada yang akan tetap jauh dari Tuhan dan meminta agar "tolong, jangan menempatkan rintangan di jalan orang-orang yang ingin berdamai dengan Tuhan."

Mengalami rekonsiliasi dengan Allah juga memungkinkan seseorang untuk menemukan kembali perlunya rekonsiliasi dalam hubungan lain, seperti dalam keluarga kita, dalam hubungan interpersonal, dalam komunitas gerejani, dan dalam hubungan sosial dan internasional, katanya. "Rekonsiliasi sebenarnya juga pelayanan untuk perdamaian, untuk pengakuan hak-hak dasar orang, solidaritas dan selamat datang untuk semua."

Paus Francis menutup kotbahnya dengan mengajak umat untuk menerima undangan St. Paulus "untuk berdamai dengan Tuhan, untuk menjadi kreasi baru dan dapat memancarkan rahmat-Nya di tengah-tengah saudara-saudara kita, di tengah-tengah masyarakat kita saat ini."


Paus Francis: Gereja Memiliki "Banyak Imam Setengah Jadi"

thumbnail

LENTERA HIDUP KATOLIK. Paus Kepada Para Seminaris : Kita Punya Terlalu Banyak 'Imam Setengah Jadi' Yang Gagal Meniru Yesus
Paus Francis bertemu dengan para seminaris dari daerah sekitar Roma hari Senin (18 April) kemarin di Vatikan. Paus memperingatkan mereka bahwa Gereja memiliki "banyak imam setengah jadi" yang gagal untuk mencapai potensi mereka karena mereka tidak "mencerminkan seorang imam seperti yang diteladankan Yesus." Paus menjelaskan bahwa menjadi cermin dari Gembala yang Baik membutuhkan kolaborasi kuat dengan Roh Kudus.
Para seminaris adalah anggota dari Leonin College of Anagni kepausan, sebuah seminari regional untuk beberapa keuskupan di sekitar kota Roma. "Kita memiliki begitu banyak, begitu banyak imam setengah jalan," kata Paus kepada orang-orang muda. "Adalah hal yang menyedihkan, bahwa mereka tidak berhasil mencapai kepenuhan.
"Mereka memiliki sesuatu yang dimiliki karyawan mereka, dimensi birokrasi mereka dan ini tidak baik bagi Gereja. Saya menyarankan Anda, berhati-hatilah jangan sampai Anda jatuh ke dalam dunia materialistis ini!" Paus melanjutkan, "Anda menjadi imam untuk menjadi cermin teladan Yesus, sebagai Gembala yang Baik, untuk menjadi seperti Dia dan orang-orang kepercayaanNya di tengah-tengah umatnya, untuk memberi makan domba-dombanya."
Paus mengakui bahwa banyak orang secara umum memiliki keragu-raguan apakah bisa mereka menjalani hidup imamat. Tapi Paus Francis mengingatkan satu hal, kita bisa menjawab seperti yang Maria lakukan kepada malaikat itu, " Bagaimana mungkin?"
"Untuk menjadi 'imam yang baik' seperti teladan yang Yesus lakukan adalah sesuatu yang terlalu besar, dan kami sangat kecil. Itu benar! Kita adalah orang-orang kecil. Memang benar, itu terlalu besar, tapi itu bukan pekerjaan kita! Itu adalah pekerjaan Roh Kudus, dengan kolaborasi kita, "katanya.
Paus mendorong mereka untuk tidak kalah oleh keadaan, ia menjelaskan proses melibatkan diri sebagai bentuk pengorbanan kepada Tuhan. "Ini adalah tentang menawarkan diri dengan sikap rendah hati, seperti tanah liat yang siap untuk dibentuk, sehingga pembentuk itu, yang adalah Allah sendiri, dapat membentuk dengan air dan api, dengan Firman dan Semangat keyakinan di dalam diri kita."
Paus Francis menegaskan bahwa seminari bukanlah tempat untuk melarikan diri. "Seminari bukanlah tempat perlindungan bagi banyak keterbatasan yang kita miliki. Seminari bukanlah tempat perlindungan dari psikologis yang kurang atau tempat berlindung karena saya merasa tidak memiliki keberanian untuk berjuang dalam hidup dan saya mencari tempat yang aman agar saya bisa hidup enak. Tidak, bukan itu tujuan seminari. "Jika tujuan masuk ke seminari Anda adalah hal-hal itu, maka Anda akan menjadi 'hama perusak yang menggerogoti tubuh Gereja! Tidak, seminari justru untuk membuat diri manusia dan tubuh Gereja sama-sama maju."
Bapa Suci juga membahas bahwa doa, studi, persaudaraan, dan apostolik dalam interaksi hidup dan adalah "empat pilar, empat dimensi yang harus menghidupi kehidupan sehari-hari dalam seminari." Paus mengingatkan, menjadi seorang imam "berarti mau sungguh-sungguh untuk bermeditasi setiap hari pada ajaran Kristus, untuk diwujudkan dalam sikap dan perbuatan nyata, yang selaras dengan kehidupan sehari-hari Anda juga selaras dengan apa yang Anda khotbahkan di atas mimbar."
Paus menutup dialognya dengan mengingatkan pentingnya peran Bunda Maria. Ia mengatakan, "Jangan pernah Anda lupakan! Para penekun kerohanian Rusia mengatakan, bahwa pada saat 'terjadi goncangan besar yang menggoyang sisi kerohanian Anda, saat itulah Anda perlu untuk mencari perlindungan di bawah mantel jubah Bunda Suci Allah." 


Paus Francis: Berbicaralah Padaku Tuhan, Sebab Hamba-Mu Ini Mendengarkan.

thumbnail

LENTERA HIDUP KATOLIK. Paus Francis mengatakan pada hari Kamis lalu, saat misa pagi di Casa Santa Marta, bahwa ia selalu mempraktekkan satu upaya yang terus menerus dilakukan pada dirinya, yaitu upaya untuk selalu patuh mendengarkan suara Roh Kudus dari dalam hatinya sendiri. Paus Francis mengingatkan, jangan menolak suara Roh Kudus yang hadir dalam batin kita semua. Paus mengundang umat beriman untuk berdoa bagi bagi diri masing-masing untuk mendapatkan rahmat kepatuhan Roh Kudus tersebut.

Paus Francis terinspirasi oleh cerita menarik dalam Kisah Para Rasul, dimana Filipus menginjili seorang pejabat senior Etiopia, Ratu Candace, dan memfokuskan perhatiannya pada kepatuhan Filipus mendengarkan suara Roh Kudus. "Kepatuhan seperti itu adalah keinginan Roh Kudus yang bekerja melalui Filipus. Cara kepatuhan pada Suara Roh Kudus itu, merupakan cara Roh Kudus melahirkan dan menumbuhkan kehidupan Gereja sampai saat ini."

Paus Francis: Mendengarkan Yesus Harus Terwujud Dalam Sikap Dan Perilaku Hidup Kita

thumbnail
LENTERA HIDUP KATOLIK. Paus Francis : Mendengarkan Yesus Tidak Berarti Hanya Mendengar Dengan Telinga Saja, Tetapi Juga Terwujud Dalam Sikap Dan Perilaku Hidup Kita Sehari-Hari



Pada hari Minggu kemarin, Paus Francis berbicara tentang hari Kabar Sukacita, di mana Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai Gembala yang Baik. Dalam penjelasannya, Paus Francis mengulang perkataan Yesus, "domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku," membantu kita untuk memahami bahwa tidak ada yang bisa menyebut dirinya seorang pengikut Yesus jika ia tidak mendengarkan suara dari ajaranNya.

Paus Francis: Memberi Bukan Hanya Tentang Uang.

thumbnail

Paus Francis: Anda Harus Memberi Bantuan Kepada Mereka Yang Membutuhkan Dengan Batin Dan Pikiran Yang Ikhlas Dan Hati Anda Tidak Akan Dendam

Dalam kotbah hari Sabtu di hadapan umat yang hadir, Paus Francis mengatakan, memberi bukan hanya tentang uang. Memberi adalah tentang memperhatikan kebutuhan sebenarnya dari orang yang meminta bantuan. "Memberi adalah tanda cinta yang mengarahkan kita kepada mereka yang harus kita tolong," kata Paus. "Ini adalah sikap perhatian yang tulus kepada mereka yang datang kepada kita dan meminta bantuan kepada kita."

Para Pelayan Di Iraq Sebuah Contoh Pelayanan Yang Sejati

thumbnail



ILUSTRASI
LENTERA HIDUP KATOLIK. Irbil, Irak (CNS) - Sebuah delegasi pemimpin Katolik AS mengunjungi Irak utara ditantang untuk pulang dan bekerja untuk perdamaian di wilayah bermasalah.
"Anda telah datang untuk mendengarkan saudara-saudara di Irak yang menderita. Situasi ini sangat sulit. Kita berseru dengan satu suara, "Jangan lupakan kami, '" kata Uskup Pembantu Shlemon Warduni Baghdad selama Misa di desa kecil Inishkea, dekat Dohuk.

Layanan Katolik Khaldea termasuk anggota komunitas Kristen setempat, serta orang-orang Kristen yang mengungsi oleh kelompok Negara Islam dari tempat lain di Irak. Perwakilan dari Yezidi dan masyarakat Muslim juga disambut delegasi, yang dipimpin oleh Kardinal Timothy M. Dolan dari New York, ketua Asosiasi Kesejahteraan Timur Dekat Katolik. Dia didampingi oleh Uskup William F. Murphy dari Rockville Centre, New York, yang juga di papan CNEWA.

Paus Mengatakan Untuk Membantu Keluarga Yang Sedang Mengalami Perjuangan Dalam Hidup

thumbnail


LENTERA HIDUP KATOLIK. VATICAN CITY  - Paus Francis mengatakan dalam sebuah seruan apostolik pasca sinode.Betapa pentingnya Rahmat yang sama dan kesabaran yang penting untuk membangun keluarga yang kuat harus ditunjukkan kepada mereka yang keluarganya berada dalam kesulitan atau telah rusak.

Dalam  Dokumen, "'Amoris Laetitia' (The Joy of Love), “pada Kasih dalam Keluarga," dirilis 8  April , tidak mengandung aturan baru atau norma-norma. Namun, hal itu mendorong seksama terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan pelayanan keluarga dan, khususnya, perhatian lebih besar terhadap bahasa dan sikap yang digunakan ketika menjelaskan ajaran gereja dan melayani mereka yang tidak sepenuhnya hidup  dalam ajaran itu.

"Tidak ada keluarga turun ke bawah dari surga terbentuk dengan sempurna, keluarga perlu terus-menerus untuk tumbuh dan memiliki kemampuan untuk mencintai," tulis Paus Francis. Orang bertumbuh dalam kekudusan, dan gereja harus berada di sana untuk memberi mereka uluran tangan daripada mengusir mereka karena mereka belum mencapai beberapa derajat kesempurnaan.

nasihat itu refleksi Paus Francis 'pada diskusi, debat dan saran yang muncul selama tahun 2014 dan 2015 dalam pertemuan Sinode Para Uskup pada keluarga. Seperti anggota sinode lakukan, Paus menegaskan bahwa rencana Allah bagi keluarga adalah bahwa hal itu akan dibangun di atas persatuan seumur hidup dari seorang pria dan seorang wanita terbuka untuk memiliki anak.

Pandangan Menlu Vatikan Mengenai Toleransi Beragama Di Indonesia Dan LGBT

thumbnail

Lentera Hidup Katolik. Menteri Luar Negeri Vatikan Mgr Paul Richard Galagher menyampaikan penghargaan terhadap toleransi masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam, meskipun diakui masih terdapat riak-riak intoleransi, khususnya dalam pembangunan rumah ibadat.
Hal itu diungkapkan Mgr Galagher kepada Dubes RI yang baru untuk Takhta Suci Vatikan, Antonius Agus Sriyono bertempat di kantor Sekretariat Negara Vatikan seperti disampaikan Sekretaris Tiga KBRI Vatikan Sturmius Teofanus Bate.
Seperti dikutip Antara, Dubes Sriyono dalam pertemuan dengan Menlu Vatikan tersebut yang berlangsung sekitar 45 menit, dibahas isu-isu mengenai Interfaith Dialogue, Asian Youth Day 2017, Kemerdekaan Palestina, Papua dan LGBT.
Saat menyinggung masalah Interfaith Dialogue, Mgr Galagher menyampaikan penghargaan terhadap toleransi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, meskipun diakui masih terdapat riak-riak intoleransi khususnya dalam pembangunan rumah ibadat.
Ketika menyinggung masalah Asian Youth Day, Dubes Sriyono menyampaikan harapan kepada Paus Fransiskus agar dapat menghadiri acara yang akan dihadiri sekitar 29 negara di Asia.
Mgr Galagher menyatakan akan menyampaikan hal tersebut kepada State Secretary, Kardinal Pietro Parolin.
Dubes Sriyono dalam kesempatan itu menyinggung mengenai posisi Indonesia dalam hal penyelesaian masalah kemerdekaan Palestina dimana Indonesia memiliki kebijakan dasar yang sama dengan Takhta Suci Vatikan, yakni “two state solutions”.
Terkait Papua, kebijakan Takhta Suci Vatikan sejauh ini tidak berubah dan tetap mengakui kedaulatan Indonesia atas Papua.
Meskipun demikian, Mgr Galagher mengharapkan Pemerintah Pusat dapat memberi perhatian pada permasalahan kebebasan berpolitik, kesejahteraan dan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia.
Dubes Sriyono menjelaskan, sejauh ini Pemerintah Pusat memberikan perhatian besar terhadap pembangunan Papua melalui antara lain pemberian otonomi khusus, pembangunan infrastruktur dan memajukan pendidikan di Papua.
Mengenai kebijakan Vatikan terhadap fenomena LGBT (Lesbian Gay Biseksual Transgender), Mgr Galagher menjelaskan bahwa Vatikan membagi dua permasalahan.
Pertama, LGBT dilihat dari aspek orientasi seksual dan LGBT sebagai gerakan. Sebagai gejala orientasi seksual, perlu menghargai hak-hak pribadi mereka sebagai manusia dan perlu diupayakan proses penyembuhan.
Apabila LGBT merupakan sebuah gerakan hal itu tentu bertentangan dengan ajaran Gereja, dimana Gereja Katolik mengkategorikannya sebagai dosa.
Pertemuan Dubes RI untuk Vatikan dengan Menlu Vatikan dilakukan hanya dalam dua hari setelah Dubes Sriyono tiba di Roma untuk memulai tugasnya sebagai Duta Besar RI untuk Vatikan.

Pesan Paus Untuk Intensi Doa Bulan April: "Untuk Para Petani Kecil"

thumbnail
 
                                        Gambar Ilustrasi: Petani

Lentera Hidup Katolik.Vatikan, Roma.(Radio Vatikan) Paus Francis mengatakan 'untuk intensi doa April berfokus pada nasib petani kecil.Seluruh Dunia.
 
Berikut perkataan lengkap dari Paus. 
 
"Saya mengucapkan terima kasih, untuk para petani kecil. Apa yang Anda lakukan adalah penting bagi kehidupan semua. Sebagai pribadi, sebagai anak Allah, Anda berhak mendapatkan kehidupan yang layak.

Paus Francis : Perkataan 'Ya' Bunda Maria Pada Kehendak Tuhan Adalah Langkah Awal Dari Iman Setiap Manusia

thumbnail





                        
                                         Paus Francis Didepan Patung Bunda Maria

Lentera Hidup Katolik. Roma.05 April 2016.
Bunda Maria mengatakan 'ya' kepada kehendak Allah untuk melahirkan bayi yang dikandung dari roh Kudus. Perkataan 'Ya' Bunda Maria pada kehendak Tuhan adalah langkah awal dari iman setiap manusia. Hal ini dikatakan Paus Francis untuk menandai Hari Raya Kabar Sukacita untuk merefleksikan kekuatan Bunda Maria yang mengatakan "Ya" kepada jalan Tuhan dalam hidupnya.
Perkataan 'Ya' Bunda Maria itu membuka pintu bagi Yesus untuk hadir di dunia ini. "Aku datang untuk melakukan kehendak Allah saja, ini adalah jawaban 'Ya' dari Yesus bahwa sepanjang hidupnya, Ia tetap teguh berjalan bersama kehendak Allah bahkan sampai dirinya disalib," kata Paus dalam homili 4 April lalu.
Radio Vatikan melaporkan, Paus merayakan Misa di kediaman Casa Santa Martha Senin pagi. Melalui